Fiat Lux

Kamis, 06 Desember 2012

Brawijaya Spring (?): Sebuah Review

22.42 Posted by Arasy Aziz , No comments

Peringatan: Tulisan ini banyak mengandung penilaian subyektif dengan bahasa sedikit sarkas di beberapa bagian. Diperlukan banyak perspektif, sedikit kecerdasan dan kearifan dalam menilai kebenaran muatan tulisan ini.

Terminologi Arab Spring sempat populer dan menjadi santapan sehari-hari kita apabila rutin menyimak media dalam kurun tiga tahun terakhir. Arab Spring merupakan istilah yang menggambarkan serangkaian protes besar-besaran, revolusi, kerusuhan sipil hingga perang saudara yang terjadi di region Timur Dekat dan Afrika Utara.

Saya menganalogikan gerakan ini dengan apa yang terjadi di Universitas Brawijaya (UB) setahun silam dalam momentum PEMIRA UB 2011. Bedanya, Arab Spring merupakan serangkaian suksesi berdarah dan coup, sementara Brawijaya kalem-kalem saja dan melalui jalan konstitusional. Kesamaannya, baik Arab Spring maupun PEMIRA UB 2011 merupakan serangkaian domino dengan hantaman sistematis dan melahirkan banyak rezim baru. Atas dasar ini saya sebut saja PEMIRA UB 2011 dengan istilah Brawijaya Spring, dengan tanda tanya.

-::-

Dimulai dari aksi bakar diri Mohamed Bouazizi dalam protes atas korupsi polisi dan perawatan kesehatan di Tunisia, gejolak menjalar ke barat hingga Oman, Suriah dan Irak. Gerakan ini sukses menumbangkan dan menyeret Hosni Mubarak ke meja hijau, atau Muammar Gaddafi yang harus menerima nasib dibantai dan disodomi dengan pisau di akhir hayatnya. Ash-sha'b yurid isqat an-nizam, rakyat ingin menumbangkan rezim ini.

Meski tak sekejam Arab Spring, PEMIRA UB 2011 dalam konteks perebutan kursi EM 1 dapat dikatakan mirip jika ditinjau proses kejadiannya. Rangkaian okupasi diawali oleh kesuksesan HMI mengambil alih Eksekutif Mahasiswa (EM) UB dari tangan KAMMI yang telah memegang kuasa selama 11 tahun. Fenomena ini berlanjut pada tingkat fakultas. Salah satu yang paling mengejutkan adalah jatuhnya BEM Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) yang sejak dulu terkenal sebagai basis massa KAMMI. 

Brawijaya Spring dengan tanda tanya merupakan kumulasi dari banyak unsur yang saling menentukan. Namun saya mencatat setidaknya tiga faktor kemenangan layak-simak dari HMI yang diwakili oleh Fandi Rizki pada PEMIRA tahun lalu.

  1. (Konon) Calon yang ganteng
    Konyol, tapi saya masukkan saja karena menggelitik. Dalam sebuah wawancara dengan Kavling 10 (Lembaga Pers Mahasiswa UB) Fandi mengakui bahwa “..yang dibaca oleh teman-teman tim suksesku memang, orang-orang di Brawijaya ini, pemilih hampir 70% itu, face yang dijadikan, yang dijual. Ya itu memang harus diakui mau tidak mau. Memang orang-orang di Brawijaya itu liat face.” Hal ini terbukti salah karena hasil akhir PEMIRA UB 2011 menunjukkan selisih suara berkutat pada angka 187, jauh dari perbandingan 70:30 yang dicita-citakan.

  2. Kesuksesan mendominasi suara fakultas Teknik
    Inilah faktor kongkrit kemenangan Fandi Rizki dalam perebutan kursi EM 1. Teknik sebagai fakultas dengan jumlah mahasiswa terbesar menyimpan potensi konstituen yang amat besar pula. Kepada Kavling 10 Fandi Rizki berujar "Jadi aku yakin kalau cuma gap  sampai sebelum TPS 17 Teknik itu cuma 1200, aku pasti menang.". Lebih detil gambaran tersebut dapat dilihat dari tabel berikut

    Tabel Rekapitulasi Suara PEMIRA UB 2011 (Source: Kavling 10)
    Hingga TPS 16, calon nomor 1 yang notabene berasal dari KAMMI unggul dari calon nomor 2 (Fandi Rizki). Keadaan benar-benar berbalik ketika suara dari TPS 17, 18 dan 19 yang berlokasi di fakultas Teknik dihitung. Dapat dilihat terdapat gap perolehan suara yang mencolok antara kedua calon pada tiga TPS tersebut. Pada akhirnya calon HMI memenangkan 4725 suara, unggul 187 suara dari calon nomor 1. 
    Kemenangan di Teknik ini menjadi luar biasa karena sependek pemahaman saya, suara massa Teknik adalah sesuatu yang mahal. Tentu saja terdapat deal politik dibelakang layar yang telah dibangun oleh para elit kedua kelompok. Hal ini tergambar dari komposisi kabinet EM UB, dimana terdapat dua mahasiswa Teknik yang memegang posisi kementerian kunci (PSDM dan Advokesma) dalam struktur kepengurusan EM tahun 2011. 

  3. @UB_Unofficial
    Sulit dipungkiri bahwa akun pseudononim berengsek ini merupakan motor propaganda kemenangan Fandi Rizki. Strateginya sederhana, selama beberapa waktu @UB_Unofficial berperan sebagai whistle blower kebobrokan yang terjadi di Universitas Brawijaya,. Memasuki momen PEMIRA, akun ini mulai menyebar fitnah dan muslihat terkait calon-calon yang berlatar belakang KAMMI dengan jargon #AsalBukanKAMMI. Para follower yang terlanjur terbuai dengan kepahlawanan @UB_Unofficial kemudian buta kebenaran dan manut saja atas setiap ucapan akun ini. Karena pemilihan EM hanya menyajikan dua calon, secara otomatis massa tergiring untuk memilih calon lainnya yang bukan berasal dari KAMMI, dengan kata lain Fandi Rizki.
    Dengan jargon yang sama efek @UB_Unofficial merambat hingga fakultas, salah satunya di FIA sebagaimana telah saya singgung sebelumnya. Sosok atau golongan dibalik akun ini? tidak ada yang benar-benar tahu, wallahu 'alam.


    -::-
Kita telah memasuki kala hitung mundur PEMIRA UB 2012, artinya kepengurusa EM tahun ini akan segera berakhir. Kembali pada analogi diatas, terminologi Arab Spring, atau secara harfiah berarti Musim Semi Arab, merupakan simbol harapan masyarakat Timur Dekat akan perubahan menyeluruh terhadap kondisi negara mereka masing-masing. Motif inilah yang kemudian mendasari saya memilih istilah Brawijaya Spring dengan  tambahan tanda tanya. Ya, tanda tanya karena arah bunga yang tumbuh, unsur hara yang digunakan dan harum bunga yang mekar dalam musim semi di Brawijaya ini masih layak diperdebatkan.

0 komentar:

Posting Komentar