Sebuah pelajaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan sebelum bepergian dan menghadiri konser.
Repetisi. Ingat pengaturan panggung ini? |
Dan sakit bisa datang kapan saja, meringkus tiba-tiba.
Marhaban yaa Hammersonic Metal Festival 2013. Persiapan menyambutnya sudah saya lakukan jauh-jauh hari, termasuk menghemat absensi perkuliahan dan menyelesaikan bagian pembahasan karya ilmiah yang hendak dilombakan dalam beberapa hari. Tanpa gangguan berarti. Malam hari sebelum keberangkatan ke Jakarta, saya masih merasa baik-baik saja, hingga paginya terbangun dengan terbatuk kecil dan limbung. Ada yang tidak beres. Saya kira berangkat ke kampus ditambah perjalanan dengan Matarmaja sore harinya akan membuat segalanya kembali normal. Saya salah besar.
Matarmaja yang sejak awal didesain tidak manusiawi ini coba dinaikkan tarafnya sedikit, dan menjadi momok yang baik (saya bahas kapan-kapan). Kondisi saya memburuk. Menjejakkan kaki di Senen, saya bergegas mencari metromini, menuju Cikini. Di Jakarta saya telah bersepakat dengan Papa untuk menginap bersamanya beberapa malam. Pilihan ini menjadi tepat dan menyenangkan. Tepat, sehingga saya dapat beristirahat dengan nyaman, bersama obat-obatan yang beliau uruskan. Menyenangkan, karena hotel Papa hanya berjarak sepelemparan batu dari Taman Ismail Marzuki (TIM), hadap menghadap. Di sore hari ruang-ruangnya terasa penuh oleh kemerdekaan. Ada bocah yang berapi-api dalam orasinya menyambut hari buruh (dan hampir tidak didengar siapapun, kecuali kawan-kawannya). Ada anak-anak IKJ yang berlatih, sebagian yang lain minum kopi.
Sabtu
pagi, kondisi telah cukup membaik, kecuali paru yang masih gemar
bergetar. Papa telah kembali ke Gorontalo, saya bergegas merapat ke
Ecopark Ancol, bergabung dalam rombongan massa hitam-hitam. Luasnya
kawasan Ancol sedikit menyulitkan saya menemukan vanue, sehingga
harus rehat beberapa kali sebelum menyentuh gerbang utama.
Hammersonic
tahun ini dirundung masalah khas Indonesia yang pada gelaran
sebelumnya absen: terlambat, molor. Positifnya, panitia cukup berbaik
hati membenahi hal-hal menyebalkan seperti buruknya mekanisme antre.
Pemilihan Ecopark sebagai vanue dengan penataan yang baik (kali ini
panitia menyediakan mushola), dua panggung serupa tahun lalu,
menjadikan Hammersonic 2013 sebuah even piknik yang menyenangkan,
dalam gempuran metal 200.000 watt nir-problem.
Kraken
menjadi pembuka festival, dan berturut-turut disusul Kapital, Sil
Khannaz, Sensory Amusia, Whoretopsy, Outright, dan Belligerent
Intent. Ethereal Sin, unit dari Jepang kemudian membuai dalam
nomor-nomor symphonic black metal dan dandanan heboh (ditambah kemben
keyboardist wanitanya, yang sore itu berdandan dalam baju pengantin
berlenggam gothic, berkali-kali melorot minta diperbaiki). Penampilan
dilanjutkan unit death metal muda menjanjikan Revenge, Burgerkill
yang bermain “seperti biasa”, gerinda Dead Vertical, hingga band
lawas Power Metal. Lalu jeda.
Ba'da
maghrib Voyager dari Australia lyang rajin menyapa crowd
angsung memancing orang-orang untuk kembali ke pit. Dari Sonic Stage,
Edane menggempur, dilanjutkan Dyscarnate dan Hour of Pennance. Salah
satu penampil yang paling saya tunggu, Dying Fetus, kemudian naik
panggung dan secara kurang ajar memilih lagu-lagu headbangable
untuk mengisi keseluruhan
setlist, beberapa diantaranya
dari album terbaru Reign Supreme. Cukup puas mengangguk (dan
mengingat kondisi badan yang belum fit benar), saya memutuskan
pulang, mengejar TransJakarta terakhir, terpaksa melewatkan Lock Up,
Epica, dan Obituary. Siapa mengira, Dying Fetus juga menutup lebih
awal Hammersonic saya tahun ini.
Pagi
berikutnya rasa hangat di pelipis bersama limbung itu kembali.
Kondisi saya tidak cukup baik dan kuat, sehingga terkapar saja
seharian di tempat menumpang. Tiket
hari kedua dengan muatan Seringai, Destruction, As I Lay Dying dan
Cannibal Corpse-nya terpaksa hangus seketika, mubazir. Menyesal dan
mengesalkan. Satu-satunya hiburan hari itu datang dari seorang
mahasiswa program pascasarjana ilmu hukum di Salemba yang sedang
mengerjakan tugas (suaranya cukup keras untuk membangunkan saya dari
tidur) dan membawa saya dalam diskusi dan tukar pengalaman yang
menarik (termasuk kisah magangnya di Mahkamah Konstitusi, ini
menimbulkan iri serius). Selebihnya, dengan getir menyimak band demi
band di Hammersonic 2013 dari linimasa.
Izinkan saya menulis jancuk untuk kekacauan-kekacauan ini.
Sekelumit tentang Hammersonic Metal Festival 2013:
Hammersonic
memilih Ecopark di kawasan Ancol sebagai vanue. Harga tiket masuk
tahun ini berada pada kisaran Rp 150.000-Rp 300.000 (1 day pass) dan
Rp. 300.000-Rp 500.000 (2 day pass). Hidangan di food
court festival
mahal minta ampun. Masuk kawasan Ancol
dikenai bea Rp 15.000. Ancol dapat diakses dari Senen menggunakan
layanan TransJakarta
koridor 5 Ancol-Kampung Melayu.
0 komentar:
Posting Komentar