source: deathnoteloverz.blogspot.com |
Para nerd
yang rutin menziarahi rak komik
di toko buku pada rentang 2010-2011 pasti kenal judul ini: Death
Note. Manga ini
memaparkan kisah pergelutan dua kubu dalam balutan cerita
supranatural. Semuanya bermula ketika Light Yagami, seorang siswa SMA
jenius menemukan Death Note milik shinigami Ryuuk.
Masalah muncul ketika Light mulai menggunakan Death Note untuk
membantai satu persatu para pesakitan dan orang yang menghalanginya,
sembari berlindung dibawah nama Kira. Hal ini kemudian menarik L,
seorang detektif untuk turut mengurai benang merah yang kusut. Drama
rumit berlanjut dan seterusnya. Hebatnya, dalam kepercayaan saya,
bagi yang serius membaca akan mulai berpikir bahwa nilai kebenaran
suatu perilaku adalah relatif.
Satidaknya
ada dua entitas yang berelasi karib, antara manga Death Note dan SR
(jika anda masih ingat kelompok kami ini). Pertama,
sosok Kira yang merupakan inspirasi terbesar sosok pemimpin kami.
Kedua, dan yang paling
penting, buku Death Note itu sendiri.
Kami (atau saya tepatnya) berusaha mati-matian menghidupkan Death
Note dalam kehidupan nyata. Cita itu menemui jalannya ketika saya
mendapat hibah sebuah buku catatan tahunan rilisan pemerintah
provinsi. Rupa buku ini demikian ideal dan memenuhi gambaran dalam
benak saya tentang bagaimana seharusnya Death Note berwujud. Dengan
sedikit permak dan baluran tipe-x, 'Death Note' lahir.
Death
Note (lebih sering kami sebut DN) kemudian benar-benar menjadi
catatan 'kematian'. Pada zaman pergerakan siswa intra sekolah MAN
Insan Cendekia Gorontalo tahun 2008 dikenal adanya indivudu-individu berlabel jasus, mata-mata dalam
bahasa arab. Pada hari tertentu di masa itu (hingga kini barangkali)
para siswa diwajibkan untuk berbahasa asing di sekolah dan para
pelanggar harus diganjar hukuman. Jasus direkrut dari para pelanggar
aturan bahasa tersebut, dan diwajibkan menemukan mereka yang tidak
mematuhi aturan yang sama. Embrio SR bisa dibilang lahir dari
kelompok ini.
Waktu itu kami, Ra, Osiris dan Cerberus, duduk di kelas satu dan
menjelma menjadi jasus permanen yang secara sukarela bekerja sebagai pencari kesalahan. Kami berubah menjadi makelar pelanggaran bahasa dalam
arti sebenarnya. Bersama para jasus lain kami dibekali selembar
kertas untuk menulis pelanggaran bahasa. Bedanya, para jasus akan
langsung menyerahkan lembaran yang telah terisi kepada divisi bahasa,
sementara kami menyalin semuanya ke DN.
Lepas SR berdiri, DN mengalami diversifikasi fungsi. Jika sebelumnya
berkutat pada rangkuman catatan pelanggaran bahasa, muatan buku ini bertambah dengan signifikan. Salah satu yang paling semarak adalah
korespondensi antar anggota. Didalam DN kami bercakap lewat
tulisan, membicarakan banyak hal, mulai dari cita-cita dan target
bersama hingga pemohonan berbagi makanan. Lucunya, Ikarus sebelum bergabung dengan SR kami tunjuk sebagai kurir percakapan. Selain itu termuat data anggota, lambang,
catatan-catatan dan aksara SR. Amat disayangkan rantai regenerasi organisasi kami tidak berlanjut, menjadikan cita-cita untuk mewariskan DN secara turun-temurun harus pupus (dapat saya bayangkan, posisi DN beberapa tahun kedepan akan serupa tengkorak Geronimo dalam kultur Skull and Bones, andai kami memiliki penerus). Kini, lembaran-lembaran DN tersimpan rapi dalam rak
buku saya yang berdebu.
0 komentar:
Posting Komentar