Jika dalam cerita rakyat Cina
terdapat kisah mengenai perjalanan Sun Gokong mencari kitab suci ke Barat, maka
kisah saya agaknya serupa tapi tak sama. Serupa, mengingat saya menempuh
perjalanan ribuan kilometer yang amat melelahkan membelah tanah Jawa dari Timur
(Malang) menuju Barat (Jakarta), namun dengan tujuan berbeda dengan sang
Siluman Kera. Kali ini saya berkesempatan bergabung dalam lautan massa yang
menyerbu Lapangan D Senayan dengan satu destinasi: Hammersonic Metal Festival.
|
Selamat Datang di Ticket Box Hammersonic! |
Hammersonic merupakan festival
musik metal yang diklaim sebagai yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dan
menghadirkan 26 band lokal dan internasional, diantaranya Suffocation, Nile,
Chthonic, Burgerkill, Deadsquad, dan Seringai. Panitia menyediakan dua panggung
kembar bersisian, Hammer Stage dan Sonic Stage, yang memungkinkan penonton
menikmati sajian cadas nonstop tanpa diganggu tetek bengek persiapan band. Satu
band selesai di salah satu panggung, band di panggung yang lain langsung
menggempur, silih berganti.
|
Backdrop yang disediakan panitia untuk pengunjung yang hendak mengabadikan eksistensinya di festival ini. |
|
Panggung Kembar siap menggempur silih berganti. |
Sesuai jadwal tepat pukul 09.30
festival dibuka oleh Straightout, unit Death Metal asal Indonesia, yang
kemudian diikuti Funeral Inception (Death Metal, Indonesia), Dead Vertical
(Grindcore, Indonesia), Massacre Conspiracy (Metalcore, Malaysia), Down For
Life (Indonesia), Dawn Heist (Australia), Human Like Monster (Death Metal,
Indonesia) dan Divine Codex (Death Metal, Italia).
|
Divine Codex, aksi Death Metal asal Italia. |
|
Sejumlah line up terlihat berkeliaran diantara kerumunan penonton. Contohnya personel The Arson Project ini. |
Matahari yang kian menyengat tak
menurunkan atensi penonton ketika Noxa naik ke atas panggung, yang mewarnai
aksi mereka dengan sejumlah cacian terhadap Super Junior. Suhu moshpit semakin
panas ketika sang vokalis turun panggung dan bergabung dalam tarian liar.
Sayang beberapa kali vokal Tonny Pangemanan hilang ditelan instrumen lain
akibat mikrofon yang mati. Selanjutnya Impiety (Death Metal, Singapura), The
Arson Project (Grindcore, Swedia), Death Vomit (Death Metal, Indonesia),
Cyanide Serenity (Inggris), dan Nothnegal (Maladewa) berturut-turut tampil.
Ketika GxSxD (Death Metal, Jepang) naik pentas, masalah sound terdengar semakin
menjadi-jadi sehingga penampilan band Timur Jauh ini terasa kurang menggigit.
Hal ini terbukti ketika acara ditunda beberapa menit untuk perbaikan.
Penampilan Seringai dan Koil kemudian menjadi tumbal, dimana durasi tampil
kedua band ini terpaksa dikurangi.
|
Tarian yang semakin liar ketika Tonny, vokalis NOXA, turun ke moshpit. |
|
Krisna Sadrach, muncul di tenda operator panggung. |
|
GxSxD, yang penampilannya terganggu masalah sound. |
Penampilan Seringai merupakan
salah satu yang paling saya tunggu. Dua hari sebelum festival digelar, unit
High Octane asal ibukota ini meluncurkan singel Tragedi di dunia maya untuk
diunduh gratis. Sayangnya dalam momen terebut saya masih terjebak dalam kereta
ekonomi. Sonic Stage kemudian menjadi saksi ketika Tragedi dibawakan pertama
kali diatas panggung. Tragedi sendiri akan menjadi bagian dari album terbaru
Seringai, Taring, yang akan dirilis pada Juni 2012. Koil kemudian menyusul.
Seperangkat aktivis Industrial Rock asal Kota Kembang ini menggempur dengan
(sayangnya) hanya lima lagu, antara lain Aku Lupa Aku Luka, Nyanyikan Lagu
Perang, dan Kenyataan Dalam Dunia Fantasi. Aksi banting gitar a la Otong tak
luput disajikan. Seringai dan Koil saya catat merupakan dua band yang
mengundang koor massal paling meriah.
|
Dilarang di Bandung, membuka penampilan Seringai. |
|
Koil memikat, dan membanting gitar. |
Usai break maghrib 30 menit,
festival dilanjutkan oleh penampilan Dreamer, unit Doom Metal lokal yang
memamerkan vokalis dan sejumlah lagu baru, seperti War of Kurusetra. Kemudian
Chthonic, Band Taiwan yang terasa paling memanjakan mata. Penyebabnya tak lain
atas kehadiran bassist Doris Yeh yang namanya tak henti dielu-elukan sepanjang
penampilan. Vokalis Freddy Lim sempat memancing tawa karena berulang kali
melafalkan, maaf, kata F*ck dalam Bahasa Indonesia (Ng*ntot. Red) dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Taiwan. Sayang satu-satunya lagu mereka yang
saya kenal (Bloody Waves of Sorrow. Red) tak dimainkan malam itu. Meskipun
demikian penampilan Chthonic malam itu dan balutan musik oriental yang mereka
sisipkan mendapat kredit khusus dimata saya.
|
Menikmati Dreamer dari layar samping panggung. |
|
Doris Yeh, bassist Chthonic, dalam balutan cahaya ungu. Keindahannya biar kami nikmati sendiri. |
Usai Chthonic, Sucker Head, salah
satu dedengkot Thrash Metal Indonesia, menggempur Sonic Stage. Usia yang
semakin beranjak tua agaknya tak menghalangi Oom Krisna Sadrach dkk untuk
tampil menghibur. Kemudian D.R.I, band Hardcore legendaris asal Amerika
Serikat, sukses mengajak ribuan penonton berpogo ria. Disusul Burgerkill
(Indonesia), Psycroptic (Death Metal, Australia), dan Deadsquad (Death Metal,
Indonesia).
|
Burgerkill salah satu aksi metal terbaik tanah air. |
Nile kemudian menghentak Hammer
Stage dengan alunan Death Metal rapat dengan bebunyian etnik padang pasir
(Mesir khususnya). Lepas tengah malam Hammersonic diakhiri oleh penampilan
Suffocation, unit (lagi-lagi) Death Metal yang datang jauh-jauh dari Amerika
Serikat sebagai salah satu headliner. Selama satu jam vokalis Frank
Muller aktif mengajak penonton untuk ber-moshing ria sembari dirinya
(seolah) menari Tortor mengikuti gebukan pedal drum. Saya amat berbahagia
ketika permintaan encore penonton yang mambahana dipenuhi, sehingga (lagi-lagi)
satu-satunya lagu yang saya kenal dari band ini, Infecting the Crypts, digeber
diatas panggung, sekaligus menutup secara resmi festival ini.
|
Para penonton terlihat membiru ketika Suffocation tampil menutup gelaran Hammersonic. |
Diantara wajah-wajah yang terpuaskan, terdapat sejumlah hal yang masuk
catatan kecil metalhead kelas teri dan bau kencur seperti saya. Pertama,
mekanisme antri secara subyektif saya nilai kurang rapi akibat ketiadaan pagar
pembatas antrian. Para penonton yang ingin segera masuk awalnya berbaris rapi
terlihat berebutan ketika diujung antrian tiba di depan ticket box. Saya
sempat dibuat kesal oleh masalah ini.
Kedua, porsi antar sub genre dalam mengisi festival terasa kurang
seimbang, dimana band Death Metal mendominasi line up. Barangkali wajar,
mengingat salah satu cabang metal ini memang tumbuh bak jamur di musim hujan
dalam skena bawah tanah lokal. Contoh kecil, di Ujungberung saja sebagai salah
satu wilayah di Kota Bandung tercatat lebih dari 600 band yang bermain di ranah
ini (Kimung, dalam Radio Show TV One). Hal ini
barangkali menjadikan band-band Death Metal dipilih sebagai penarik
massa sehingga dilebihkan porsinya. Sayangnya, Indonesia juga masih punya
ratusan aksi dari sub genre lain, sebut saja Kelelawar Malam, Komunal,
Rajasinga, dan masih banyak lagi, yang layak diperkenalkan ke dunia.
|
Akses Keluar Masuk area festival.
|
Ketiga, dan yang
terpenting, festival ini jelas menjadi ajang
komparasi sembari membuktikan bahwa skill penggiat musik bawah tanah
lokal tak jauh berbeda (jika tak mau dibilang melebihi) dibandingkan
musisi-musisi luar negeri. Saya dibuat terkagum melihat kemampuan para aksi
lokal, Stevie Item dari Deadsquad misalnya,
memainkan nada-nada gitar yang terdengar rumit di telinga saya yang buta
nada. Tak kalah memukau dibanding paras Doris Yeh (ah, dia lagi). Terlepas dari
semua itu, Hammersonic tetap berhasil, sesuai namanya, memberi sensasi pukulan
palu yang bertalu-talu ke wajah dan telinga lebih dari 15.000 manusia beruntung
melalui sound ribuan megawatt yang dipertontonkan. Keep metal flag flying high!
Sekelumit tentang Hammersonic
Jakarta International Metal Festival:
HTM tahun ini Presale 1 Rp
100.000, Presale 2 Rp 150.000 On the Spot Rp 200.000. # Transportasi :
Lapangan D Senayan dapat dijangkau dengan berbagai moda transportasi dalam
kota, misalnya Bus PATAS AC jurusan Senen – Ciledug, jurusan Senen – Ciputat,
dll. # Akomodasi : Hotel Sultan, Hotel Atlet Century Park, Mesjid Al
Azhar, emperan Fx Plaza Senayan (saya mencoba yang terakhir).
0 komentar:
Posting Komentar